Selasa, 05 Februari 2013

Vaksinasi Pada Ibu Hamil



Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, termasuk pada sistem imun. Sistem imun selama kehamilan mengalami pergeseran dari imunitas seluler menuju imunitas humoral. Pergeseran tersebut menyebabkan wanita hamil rentan terkena infeksi. Oleh karena itu, proteksi sangat penting diberikan pada kehamilan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Vaksinasi merupakan metode proteksi efektif untuk mengeradikasi penyakit infeksi. Program vaksinasi telah rutin diberikan pada anak-anak, namun pada dewasa penggunannya masih bersifat terbatas. Sedangkan pemberian vaksin rutin pada kehamilan masih mengalami hambatan keterbatasan data yang menunjukkan hubungan antara gangguan perkembangan janin dengan wanita hamil yang divaksinasi. Pemberian vaksinasi pada kehamilan dapat dilakukan atas pertimbangan manfaat dan resiko yang diperoleh terhadap ibu dan janin jika tidak diproteksi dengan vaksin. Manfaat dari vaksinasi pada wanita hamil lebih besar daripada risiko potensial ketika kecenderungan penyakit yang terpapar lebih besar, ketika infeksi yang menimbulkan risiko bagi ibu atau janin, dan ketika vaksin yang akan diberikan cukup aman.
Vaksin virus inaktif, vaksin bakteri inaktif atau toxoid dapat diberikan pada kehamilan, kecuali vaksin virus hidup. Secara teoritis, vaksin virus hidup berisiko untuk terjadinya transmisi ke janin. Wanita hamil yang dengan sengaja telah diberikan vaksin virus hidup atau seorang wanita menjadi hamil dalam waktu 4 minggu setelah pemberian vaksin tersebut, sebaiknya dikonsultasikan mengenai dampak potensial yang dapat terjadi pada janin. Namun, vaksinasi bukan indikasi untuk terminasi kehamilan.
Pemberian vaksin rutin umumnya aman diberikan pada saat kehamilan karena dapat juga melindungi bayi yang sedang dikandung dari penyakit, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai bayi tersebut lahir dan mendapat vaksinasi sendiri. Berbagai jenis vaksin-vaksin yang direkomendasikan pada kehamilan adalah sebagai berikut :

Vaksin
Sebelum kehamilan
Selama kehamilan
Setelah kehamilan
Jenis Vaksin


Cara pemberian


Hepatitis A
Jika ada risiko
Jika ada risiko
Jika ada risiko
inaktif
IM
Hepatitis B
Ya, jika ada risiko
Ya, jika ada risiko
Ya, jika ada risiko
Inaktif
IM
Human Papilomavirus/HPV
Ya, usia 9-24 tahun
Tidak
Ya, usia 9-24 tahun
Inaktif
IM
Influenza (Inaktif)
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Ya
Ya
Inaktif
IM
Meningokok
·         Conjugat
·         Polisakarida
Jika ada indikasi
Ya, jika ada indikasi
Jika ada indikasi

·         Inaktif
·         Inaktif

·         IM
·         SC
Pneumokok polisakarida
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Inaktif
IM atau SC
Polio (IPV)
Jika ada indikasi
Dihindari kecuali ada risiko
Jika ada indikasi
Inaktif

SC
Tetanus-diptheria (Td)
Ya, Tdap lebih dipilih
Jika ada indikasi
Ya, Tdap lebih dipilih
Toxoid
IM
Tetanus-Dhiptheria-Pertusis (Tdap)
Ya
Ya, jika risiko lebih tinggi pertusis
Ya
Toxoid
IM
Varicela
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup
SC
Influenza (LAIV)
Ya, jika <50 tahun dan sehat, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, jika <50 tahun dan sehat, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup
Nasal Spray
MMR
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup

SC
Keterangan :
          1.  Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A adalah virus yang diperoleh dari kultur sel diploid dan dinonaktifkan dengan formalin. Karena virus inaktif, secara teoritis risiko gangguan pada perkembangan janin rendah. Vaksin diberikan pada wanita hamil jika ada risiko antara lain kecenderungan terpapar hepatitis A, perilaku seks oral-anal atau menggunakan IVDU selama kehamilan
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah berasal dari antigen permukaan virus hasil teknologi DNA rekombinan. Karena berasal dari partikel antigen permukaan yang noninfeksius, maka tidak ada risiko infeksi terhadap janin. Vaksin hepatitis B dapat mencegah terjadinya penyakit kronik dengan komplikasi sirosis, karsinoma hepatoseluler, serta karier kronik. Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil dengan faktor risiko yaitu wanita yang berhubungan seks dengan laki-laki homoseksual, lebih dari satu pasangan seks selama 6 bulan terakhir, pasangan seks yang positif HbsAg, pengguna narkoba suntik, sedang dalam pengobatan penyakit menular seksual, atau satu rumah dengan orang infeksi akut atau kronik karier.
3. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)
Vaksin HPV tidak direkomendasikan pada wanita hamil. Jika wanita tersebut hamil setelah diberikan vaksin HPV, maka serial vaksin berikutnya setelah wanita tersebut melahirkan.
4. Vaksin Influenza
Vaksin influenza yang diberikan pada kehamilan berupa vaksin inaktif. Pemberian vaksin dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, vaksin tidak boleh diberikan selama trimester pertama karena ada hubungannya dengan vaksin influenza dengan risiko aborsi spontan. Pada wanita hamil dengan kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko komplikasi dari influenza seperti asma, penyakit kardiovaskuler, diabetes, supresi sistem imun, sebaiknya vaksinasi dilakukan sebelum musim influenza.
5. Vaksin Meningokok
Vaksin meningokok adalah polisakarida murni dari 4 serogrup Neisseria meningitidis (A, C, Y, W-135/tetravalen). Keamanan vaksin ini pada ibu hamil masih belum dipastikan karena keterbatasan data.
6. Vaksin Pneumokok
Pemberian vaksin pneumokok direkomendasikan pada wanita hamil dengan faktor resiko. Vaksin yang diberikan adalah vaksin polisakarida dari 23 tipe Streptococcus pneumoniae. Advisory Commite on Immunization Practices (ACIP) pun menganjurkan vaksinasi ini pada wanita dengan risiko tinggi sebelum hamil.
7. Vaksin Polio
Vaksin polio yang direkomendasikan ACIP pada kehamilan adalah inactivated polio vaccine (IPV). Virus ini diinaktifkan oleh formaldehid. Meskipun data-data yang ada tidak menunjukkan efek negatif pemberian IPV pada ibu hamil dan janin, pemberian vaksin pada kehamilan sebaiknya dihindari dan penggunaannya dibatasi atas dasar indikasi.
8. Vaksin Tetanus-difteri (Td)
Vaksin Td toxoid rutin dianjurkan pada wanita hamil yang rentan. Wanita hamil yang sudah vaksinasi Td 10 tahun sebelumnya sebaiknya diberikan dosis penguat (Booster). Sedangkan wanita hamil yang belum mendapatkan vaksinasi diberikan tiga dosis vaksinasi serial. Dua dosis diberikan saat kehamilan dengan jarak antara dua dosis selama 4 minggu, dan dosis terakhir 6 bulan setelah dosis kedua. Pemberian vaksin Td selama kehamilan efektif melindungi ibu dan janin. Penundaan pemberian vaksin sampai trimester kedua akan meminimalisasi kemungkinan rekasi yang tidak diinginkan meskipun data menunjukkan bahwa vaksin Td tidak bersifat teratogenik.
9. Vaksin Tetanus-Difteri-Pertusis (Tdap)
Vaksin Tdap lebih baik diberikan pada trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan. Pemberian vaksin selama kehamilan akan melindungi bayi melawan pertusis pada awal kehidupan.
10. Vaksin Varisela
Vaksin varicela adalah virus varicela-zoster hidup yang dilemahkan. Vaksinasi selama kehamilan dikontraindikasikan karena efek terhadap fetus belum diketahui. Wanita yang divaksinasi seharusnya menghindari terjadinya kehamilan selama 4 minggu setelah suntikan.
11. Vaksin Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)
Vaksin measles, mumps dan rubella (MMR) berisi virus measles, mumps, dan rubella hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin MMR kontraindikasi pada kehamilan. Bagi wanita yang divaksinasi sebaiknya menunda kehamilan selama 4 minggu setelah penyuntikan


Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Orang Dewasa Tahun 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar