Sabtu, 18 Mei 2013

Rumah Vaksinasi

H


SEKILAS MENGENAI RUMAH VAKSINASI



Rumah Vaksinasi didirikan pada akhir Maret 2012 oleh dr. Piprim B. Yanuarso, SpA(K) karena keprihatinan akan mahalnya biaya vaksinasi di Rumah Sakit Swasta. Rumah Vaksinasi berjuang untuk memberikan solusi berupa layanan vaksinasi bagi anak dan dewasa yang murah dengan kualitas prima. Rumah vaksinasi juga mencoba untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat akan pentingnya vaksinasi melalui program-programnya.


 


RUMAH VAKSINASI PONDOKGEDE

Rumah Vaksinasi pondokgede mulai di buka pada akhir bulan April 2013. Berdasarkan analisa kebutuhan vaksinasi yang semakin meningkat dan luasnya cakupan wilayah Rumah Vaksinasi pusat maka hal ini mendorong untuk membuka beberapa cabang Rumah Vaksinasi dan salah satunya yang berada di Pondok Gede.
Bertindak sebagai vaksinator di Rumah Vaksinasi pondokgede adalah dr.Oktafiani Mayangsuri (dr.Mayang). Tenaga medis yang ada di cabang Rumah Vaksinasi pondokgede merupakan tenaga medis yang telah di standarkan sesuai requirement yang ada di Rumah Vaksinasi.


PELAYANAN DI RUMAH VAKSINASI 




Rumah vaksinasi memperhatikan kesehatan klien secara utuh. setiap anak yang datang ke rumah vaksinasi  akan di pantau tumbuh kembangnya. Orang tua juga akan di pandu untuk memberikan ASI ekslusif kepada anaknya.

Klien anak dan dewasa yang datang untuk imunisasi akan di periksa kondisi kesehatannya, sehingga kami bisa memberikan pelayanan yang optimal dalam meningkatkan kesehatan klien.


PELAYANAN YANG MURAH

Rumah Vaksinasi memberikan pelayanan dengan biaya JAUH LEBIH TERJANGKAU dari Rumah sakit swasta.

Adapun layanan kami :

  • Vaksinasi Bayi dan Anak      
  • Vaksinasi Dewasa
  • Vaksinasi Usia Sekolah
  • Vaksinasi Pra-Nikah
  • Vaksinasi Perusahaan
  • Vaksinasi Tenaga Kesehatan
  • Vaksinasi Boarding School
  • Vaksinasi Lansia
  • Program CSR Perusahaan
  • Konseling Laktasi
  •  Khitan bayi perempuan
  • Tindik telinga
  • Seminar Kesehatan


JADWAL PRAKTEK

Rumah Vaksinasi Pondokgede di kelola oleh dr.Mayang dengan jadwal sebagai berikut :

SENIN, SELASA, JUM'AT :   JAM 18.30 - 20.00
SABTU                                 :   JAM 09.00 - 12.00
MINGGU                              :   JAM 09.00 - 11.00 

Segera hubungi rumah vaksinasi pondokgede di:
Telp                              :021-22107589
HP dan Whatsapp       : 081212340434
PIN BB                         : 5A31854C
Twitter                         : @rvpondokgede
Facebook                    : http//:www.facebook.com/rumahvaksinasipondokgede
Alamat                        : Jl. Camar No.10 Komp. Bumi Makmur, kurang lebih 500 m dari                                                 pasar pondok gede, tepat sebrang TIPTOP masuk ke dalam dekat                                           masjid Al Muhajirin



Jumat, 17 Mei 2013

MITOS SEPUTAR IMUNISASI

Mitos Seputar Imunisasi



Rate This


Jakarta, Kabar burung seputar imunisasi banyak berseliweran, tapi rata-rata masyarakat mempercayai begitu saja kabar tersebut tanpa mencari tahu kebenarannya. Apa saja mitos-mitos seputar imunisasi tersebut?Imunisasi sangat penting sebagai pencegahan terhadap penyakit yang belum ada obatnya, penyakit mematikan atau dapat menimbulkan kecacatan serta melibatkan orang banyak. Selain itu imunisasi juga berguna untuk melindungi anak, menurunkan kejadian penyakit menular di masyarakat serta menjaga keluarga dan anak-anak tetap sehat.
Kadang-kadang akibat mitos yang beredar di masyarakat banyak orangtua yang tidak memberikan anaknya imunisasi, karena takut anaknya terkena autis atau sakit setelah melakukan suatu imunisasi.

Berikut beberapa mitos seputar imunisasi:
1. Vaksin MMR (measles, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis.
“Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah dibuktikan melalui penelitian ilmiah,” ujar Dr. Jeffry Senduk, SpA dalam acara seminar mengenai imunisasi pada anak di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Jakarta.
Dr. Jeffry menambahkan biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hampir bersamaan dengan diberikannya vaksin MMR. Kebanyakan autis disebabkan oleh factor genetic, jadi jangan takut untuk memberikan vaksin MMR pada anak.
2. Terlalu banyak vaksin akan membebani sistem imun.
Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respons terhadap ratusan antigen dalam kehidupan setiap hari.
“Berbagai penelitian tidak memperlihatkan meningkatnya penyakit infeksi setelah adanya imunisasi,” ujar dokter yang berpraktik di Siloam Hospital Kebun Jeruk ini.
3. Tidak boleh memberikan ASI sesudah vaksin polio.
Dr. Jeffry mengatakan anak yang diberikan vaksin polio boleh langsung diberikan ASI. Jika anak muntah sesudah imunisasi polio, maka imunisasi bisa diberikan kembali setelah 10 menit dengan dosis yang sama.
4. Anak sakit flu tidak boleh diimunisasi.
Jika anak hanya sakit flu yang ringan maka boleh saja dilakukan imunisasi, asalkan anak tidak demam dan tidak rewel. Jika bayi sangat rewel maka tunda melakukan imunisasi 1 hingga 2 minggu.
5. Lebih baik memberi natural infeksi dibanding dengan vaksinasi.
Mitos ini tidak benar. “Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa efek samping yang berat,” ujar Dr. Jeffry.
6. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit secara 100 persen. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan dibandingkan dengan anak yang tidak diimunisasi. Sehingga kemungkinan untuk bisa disembuhkan jauh lebih besar.

7. Jika saat balita sudah diimunisasi lengkap, di sekolah tidak perlu imunisasi lagi.

Ada beberapa imunisasi yang harus diulang saat sekolah dasar yaitu imunisasi campak dan DT saat kelas 1 dan imunisasi TT saat kelas 2, 3 dan 6. Karena banyak anak yang sudah divaksin waktu bayi ternyata pada umur 5 sampai 7 tahun 28,3 persen terkena campak, pada umur lebih dari 10 tahun terkena difteria, serta untuk pemberantasan tetanus dibutuhkan 5 kali suntikan TT sejak bayi hingga dewasa sehingga kekebalan pada umur dewasa bisa berlangsung hingga 20 tahun lagi.
Anda jangan langsung percaya terhadap semua kabar burung yang beredar mengenai imunisasi, sebaiknya cari tahu penjelasannya melalui situs-situs ilmiah di internet atau berkonsultasi dengan dokter anak Anda.

Sumber:http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/197-mitos-seputar-

Kamis, 14 Februari 2013

Rumah Vaksinasi : Tips Imunisasi Pada Bayi dan Balita

Tips Imunisasi Pada Bayi dan Balita



Rate This

Picture1

Imunisasi adalah pemberian vaksin pada bayi dan balita dengan cara disuntikkan atau diteteskan ke mulut untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Setelah bayi di imunisasi akan terjadi demam atau tidak, itu tergantung pada daya tahan tubuhnya.

Beberapa tips yang dapat di lakukan sebelum dan setelah bayi/ balita anda diimunisasi :
Untuk menghindari reaksi imunisasi :
- Saat akan diimunisasi pastikan anak dalam kondisi sehat. Tidak disarankan memberikan vaksin pada anak yang demam atau sedang sakit yang lebih serius dari batuk pilek
- Jika anak memiliki sejarah alergi informasikan kepada dokter, karena pada kasus alergi tertentu anak perlu dihindari dari beberapa vaksin. Contoh : MMR atau vaksin cacar jangan diberikan pada anak yang alergi gelatin. Vaksin influenza sebaiknya tidak diberikan pada anak yang alergi telur.
Sebagian imunisasi menimbulkan reaksi bengkak dan kemerahan di sekitar daerah yang disuntik dan atau menimbulkan demam, maka agar bayi nyaman setelah diimunisasi, lakukan :
- Beri obat penurun demam dengan dosis sesuai anjuran dokter
- Kompres dengan air dingin di bekas bagian yang disuntik selama 10-20 menit untuk membantu mengurangi rasa sakit dan bengkak
- Beri banyak cairan karena bisa membantu mengurangi demam
- Atur pendingin ruang agar suhunya nyaman untuk anak

Segera hubungi dokter bila anak menunjukkan gejala berikut tak lama setelah diimunisasi :
-  Sulit bernapas
- Suaranya serak dan napasnya berbunyi
- Gatal-gatal disertai bintik-bintik merah
- Wajahnya pucat
- Jantung berdebar
-  Hilang kesadaran

 Sumber :www.bayisehat.net

Selasa, 05 Februari 2013

Vaksinasi Pada Ibu Hamil



Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, termasuk pada sistem imun. Sistem imun selama kehamilan mengalami pergeseran dari imunitas seluler menuju imunitas humoral. Pergeseran tersebut menyebabkan wanita hamil rentan terkena infeksi. Oleh karena itu, proteksi sangat penting diberikan pada kehamilan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Vaksinasi merupakan metode proteksi efektif untuk mengeradikasi penyakit infeksi. Program vaksinasi telah rutin diberikan pada anak-anak, namun pada dewasa penggunannya masih bersifat terbatas. Sedangkan pemberian vaksin rutin pada kehamilan masih mengalami hambatan keterbatasan data yang menunjukkan hubungan antara gangguan perkembangan janin dengan wanita hamil yang divaksinasi. Pemberian vaksinasi pada kehamilan dapat dilakukan atas pertimbangan manfaat dan resiko yang diperoleh terhadap ibu dan janin jika tidak diproteksi dengan vaksin. Manfaat dari vaksinasi pada wanita hamil lebih besar daripada risiko potensial ketika kecenderungan penyakit yang terpapar lebih besar, ketika infeksi yang menimbulkan risiko bagi ibu atau janin, dan ketika vaksin yang akan diberikan cukup aman.
Vaksin virus inaktif, vaksin bakteri inaktif atau toxoid dapat diberikan pada kehamilan, kecuali vaksin virus hidup. Secara teoritis, vaksin virus hidup berisiko untuk terjadinya transmisi ke janin. Wanita hamil yang dengan sengaja telah diberikan vaksin virus hidup atau seorang wanita menjadi hamil dalam waktu 4 minggu setelah pemberian vaksin tersebut, sebaiknya dikonsultasikan mengenai dampak potensial yang dapat terjadi pada janin. Namun, vaksinasi bukan indikasi untuk terminasi kehamilan.
Pemberian vaksin rutin umumnya aman diberikan pada saat kehamilan karena dapat juga melindungi bayi yang sedang dikandung dari penyakit, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai bayi tersebut lahir dan mendapat vaksinasi sendiri. Berbagai jenis vaksin-vaksin yang direkomendasikan pada kehamilan adalah sebagai berikut :

Vaksin
Sebelum kehamilan
Selama kehamilan
Setelah kehamilan
Jenis Vaksin


Cara pemberian


Hepatitis A
Jika ada risiko
Jika ada risiko
Jika ada risiko
inaktif
IM
Hepatitis B
Ya, jika ada risiko
Ya, jika ada risiko
Ya, jika ada risiko
Inaktif
IM
Human Papilomavirus/HPV
Ya, usia 9-24 tahun
Tidak
Ya, usia 9-24 tahun
Inaktif
IM
Influenza (Inaktif)
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Ya
Ya
Inaktif
IM
Meningokok
·         Conjugat
·         Polisakarida
Jika ada indikasi
Ya, jika ada indikasi
Jika ada indikasi

·         Inaktif
·         Inaktif

·         IM
·         SC
Pneumokok polisakarida
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Jika ada indikasi
Inaktif
IM atau SC
Polio (IPV)
Jika ada indikasi
Dihindari kecuali ada risiko
Jika ada indikasi
Inaktif

SC
Tetanus-diptheria (Td)
Ya, Tdap lebih dipilih
Jika ada indikasi
Ya, Tdap lebih dipilih
Toxoid
IM
Tetanus-Dhiptheria-Pertusis (Tdap)
Ya
Ya, jika risiko lebih tinggi pertusis
Ya
Toxoid
IM
Varicela
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup
SC
Influenza (LAIV)
Ya, jika <50 tahun dan sehat, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, jika <50 tahun dan sehat, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup
Nasal Spray
MMR
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Tidak
Ya, hindari konsepsi selama 4 minggu
Hidup

SC
Keterangan :
          1.  Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A adalah virus yang diperoleh dari kultur sel diploid dan dinonaktifkan dengan formalin. Karena virus inaktif, secara teoritis risiko gangguan pada perkembangan janin rendah. Vaksin diberikan pada wanita hamil jika ada risiko antara lain kecenderungan terpapar hepatitis A, perilaku seks oral-anal atau menggunakan IVDU selama kehamilan
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah berasal dari antigen permukaan virus hasil teknologi DNA rekombinan. Karena berasal dari partikel antigen permukaan yang noninfeksius, maka tidak ada risiko infeksi terhadap janin. Vaksin hepatitis B dapat mencegah terjadinya penyakit kronik dengan komplikasi sirosis, karsinoma hepatoseluler, serta karier kronik. Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil dengan faktor risiko yaitu wanita yang berhubungan seks dengan laki-laki homoseksual, lebih dari satu pasangan seks selama 6 bulan terakhir, pasangan seks yang positif HbsAg, pengguna narkoba suntik, sedang dalam pengobatan penyakit menular seksual, atau satu rumah dengan orang infeksi akut atau kronik karier.
3. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)
Vaksin HPV tidak direkomendasikan pada wanita hamil. Jika wanita tersebut hamil setelah diberikan vaksin HPV, maka serial vaksin berikutnya setelah wanita tersebut melahirkan.
4. Vaksin Influenza
Vaksin influenza yang diberikan pada kehamilan berupa vaksin inaktif. Pemberian vaksin dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, vaksin tidak boleh diberikan selama trimester pertama karena ada hubungannya dengan vaksin influenza dengan risiko aborsi spontan. Pada wanita hamil dengan kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko komplikasi dari influenza seperti asma, penyakit kardiovaskuler, diabetes, supresi sistem imun, sebaiknya vaksinasi dilakukan sebelum musim influenza.
5. Vaksin Meningokok
Vaksin meningokok adalah polisakarida murni dari 4 serogrup Neisseria meningitidis (A, C, Y, W-135/tetravalen). Keamanan vaksin ini pada ibu hamil masih belum dipastikan karena keterbatasan data.
6. Vaksin Pneumokok
Pemberian vaksin pneumokok direkomendasikan pada wanita hamil dengan faktor resiko. Vaksin yang diberikan adalah vaksin polisakarida dari 23 tipe Streptococcus pneumoniae. Advisory Commite on Immunization Practices (ACIP) pun menganjurkan vaksinasi ini pada wanita dengan risiko tinggi sebelum hamil.
7. Vaksin Polio
Vaksin polio yang direkomendasikan ACIP pada kehamilan adalah inactivated polio vaccine (IPV). Virus ini diinaktifkan oleh formaldehid. Meskipun data-data yang ada tidak menunjukkan efek negatif pemberian IPV pada ibu hamil dan janin, pemberian vaksin pada kehamilan sebaiknya dihindari dan penggunaannya dibatasi atas dasar indikasi.
8. Vaksin Tetanus-difteri (Td)
Vaksin Td toxoid rutin dianjurkan pada wanita hamil yang rentan. Wanita hamil yang sudah vaksinasi Td 10 tahun sebelumnya sebaiknya diberikan dosis penguat (Booster). Sedangkan wanita hamil yang belum mendapatkan vaksinasi diberikan tiga dosis vaksinasi serial. Dua dosis diberikan saat kehamilan dengan jarak antara dua dosis selama 4 minggu, dan dosis terakhir 6 bulan setelah dosis kedua. Pemberian vaksin Td selama kehamilan efektif melindungi ibu dan janin. Penundaan pemberian vaksin sampai trimester kedua akan meminimalisasi kemungkinan rekasi yang tidak diinginkan meskipun data menunjukkan bahwa vaksin Td tidak bersifat teratogenik.
9. Vaksin Tetanus-Difteri-Pertusis (Tdap)
Vaksin Tdap lebih baik diberikan pada trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan. Pemberian vaksin selama kehamilan akan melindungi bayi melawan pertusis pada awal kehidupan.
10. Vaksin Varisela
Vaksin varicela adalah virus varicela-zoster hidup yang dilemahkan. Vaksinasi selama kehamilan dikontraindikasikan karena efek terhadap fetus belum diketahui. Wanita yang divaksinasi seharusnya menghindari terjadinya kehamilan selama 4 minggu setelah suntikan.
11. Vaksin Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)
Vaksin measles, mumps dan rubella (MMR) berisi virus measles, mumps, dan rubella hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin MMR kontraindikasi pada kehamilan. Bagi wanita yang divaksinasi sebaiknya menunda kehamilan selama 4 minggu setelah penyuntikan


Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Orang Dewasa Tahun 2012